BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Dewasa
ini administrasi sering dipandang sama dengan manajemen yang berimplikasi pada
bidang kajian dan riset yang makin luas berkaitan dengan bagaimana suatu
organisasi atau bidang pendidikan dikelola dalam mencapai tujuan pendidikan.
Hal ini tidak terlepas dari perkembangan ilmu administrasi/ manajemen yang
cukup lama terutama sejak Revolusi Industri di Eropah.
Revolusi
Industri di Eropa dan juga berkembangnya masyarakat Amerika telah pada
perkembangan teori administrasi dan atau manajemen, karena industri membutuhkan
keuntungan dengan menuntut peningkatan kinerja melalui berbagai studi dan
penelitian. Penelitian-penelitian dilakukan dengan menghasilkan model-model
peningkatan kinerja, pendayagunaan sumber daya, metode dan sistem kerja, dengan
sasaran efisiensi dan efektivitas kerja, sehingga keuntungan menjadi lebih
besar. Perkembangan studi administrasi atau manajemen selanjutnya tidak
semata-mata terpusat pada pencapaian tujuan organisasi, tetapi juga pencapaian
tujuan pribadi karyawan secara komprehensif mencakup pemenuhan kebutuhan
bio-psiko-sosial-spiritual dan kultural.
B.
RumusanMasalah.
1. Apa yang dimaksud dengan Administrasi Pendidikan ?
2. Ruang lingkup apa saja yang tercakup dalam Administrasi
Pendidikan ?
3. Bagaimana tujuan Administrasi Pendidikan ?
4. Bagaimana sejarah berkembangnya Administrasi Pendidikan ?
C.
Tujuan
1. Agar Mahasiswa/i memahami apa
yang dimaksud dengan Administrasi Pendidikan.
2. Agar Mahasiswa/i memahami
ruang lingkup apa saja yang ada di dalam Administrasi Pendidikan.
3. Agar Mahasiswa/I memahami tujuan Adminisitrasi Pendidikan.
4. Agar Mahasiswa/i memahami
sejarah berkrmbangnya Administrasi Pendidikan.
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Definisi Administrasi Pendidikan
Menurut
etimologis, kata “administrasi” berasal dari bahasa Latin yang terdiri atas
kata ad dan ministrate. Kata ad mempunyai
arti yang sama dengan kata to dalam
bahasa inggris, yang berarti “ke” atau “kepada”. Dan ministrate sama artinya dengan kata to serve yang berarti
melayani, membantu atau mengarahkan.[1]
Untuk
lebih jelasnya, ada beberapa pendapat para pakar tentang Administrasi
Pendidikan yaitu:
1)
Menurut “Oteng Sutisna” (1989: 382) menyatakan
bahwa administrasi pendidikan hadir dalam
tiga bidang perhatian dan kepentingan yaitu : (1) setting administrasi pendidikan
(geografi, demografi, ekonomi, ideology, kebudayaan, dan pembangunan);
(2) pendidikan (bidang garapan administrasi); dan (3) substansi administrasi
pendidikan (tugas-tugasnya, prosesnya, asas-asasnya, dan perilaku
administrasi).
2)
Biro Perencanaan
Depdikbud, (1993: 4) manajemen pendidikan ialah proses perencaan,
pengorganisasian, memimpin, mengendalikan tenaga pendidikan, sumber daya
pendidikan untuk mencapai tujuan pendidikan, mencerdaskan kehidupan bangsa,
mengembangkan manusia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman, bertakwa kepada
Tuhan Yang Maha Esa, berbudi pekerti yang luhur, memiliki pengetahuan
keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap, mandiri,
serta bertanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan.
3)
Castetter, (1996: 198)
menyatakan “Educational administration is
a social process that take place within the context of social system.[2]
4)
Walter S. Monreo,
dalam bukunya “Encyclopedia of
Educational Research”, mengartikan administrasi pendidikan sebagai
“Educational administration is the direction, control and management affairs,
including business administration, since all aspect of carried on for
educational ends”. Bahwa administrasi pendidikan adalah pengarahan, pengawasan,
pengelolaan segala hal yang berkaitan dengan sekolah, termasuk administrasi
pembiayaan. Dalam arti segala aspek yang berkaitan dengan sekolah harus
dipertimbangkan untuk mencapai tujuan pendidikan[3]
B.
Ruang Lingkup Administrasi Pendidikan
Bidang
yang secara umum menjadi ruang lingkup administrasi berlaku juga di dalam
administrasi pendidikan. Ruang lingkup tersebut meliputi dua bidang kegiata. Pertama, manajemen administratif. Yakni
kegiatan-kegiatan yang bertujuan mengarahkan agar semua orang dalam organisasi/
kelompok kerja sama mengerjakan hal-hal yang tepat sesuai dengan tujuan yang
hendak dicapai. Kedua, manajemen
operatif. Yakni kegiatan-kegiatan yang bertujuan mengarahkan dan membina agar
dalam mengerjakan pekerjaan yang menjadi beban tugas masing-masing, setiap
orang melaksanakannya dengan tepat dan benar.
Secara
umum, ruang lingkup administrasi pendidikan meliputi:
1.
Administrasi
kurikulum, meliputi pembukuan: jumlah mata pelajaran/ mata kuliah yang
diajarkan, waktu jam yang tersedia, jumlah guru/ dosen beserta pembagian jam
pelajaran jumlah kelas, program semester, dan lain-lain.
2.
Administrasi
ketenagaan pendidikan (kepegawaian), meliputi pembukuan: kumpulan surat lamaran
dan penerimaan pegawai, surat keputusan, daftar umum kepegawaian, dan
sebagainya.
3.
Administrasi
kesiswaan, meliputi brosur dan formulir pendaftaran siswa baru, data tes
penerimaan siswa baru, buku pembagian kelas, buku absen, dan lain sebagainya.
4.
Administrasi sarana
dan prasarana pendidikan meliputi buku perencanaan pengadaan barang, buku
pembagian dan penggunaan barang (inventaris), buku perbaikan barang, dan
lain-lain.
5.
Administrasi keuangan/
pembiayaan pendidikan, meliputi keuangan pendaftaran siswa baru, uang gedung/
sumbangan pendidikan, uang seragam, uang SPP, dan lain-lain.
6.
Administrasi
perkantoran, meliputi pembukuan: surat masuk, surat keluar, ekspedi, buku tamu,
dan lain-lain.
7.
Administrasi unit-unit
penunjang pendidikan, meliputi pembukuan: perpustakaan, UKS/ UKM, pramuka,
olahraga, dan lain sebagainya.
8.
Administrasi layanan
khusus pendidikan, meliputi pembukuan: menu makanan/ konsumsi, layanan
antar-jemput, bimbingan khusus di rumah, dan sebagainya.
9.
Administrasi tata
lingkungan dan keamanan sekolah, meliputi pembukuan: perencanaan tata ruang dan
pertamanan sekolah, jadwal kebersihan, tata tertib sekolah, dan lain-lain.
10. Administrasi hubungan dengan masyarakat, meliputi pembukuan:
alamat kantor/ orang yang dianggap perlu, hasil kerjasama, program-program
humas, dan lain-lain.[4]
Ruang
lingkup pembahasan administrasi pendidikan difokuskan pada kegiatan
administrasi pendidikan yang dilakukan oleh pemerintah sebagai pelayanan
kebutuhan sekolah disatu pihak, dan sekolah sebagai pelaksana kegiatan
pembelajaran dengan fokus utama pelayanan belajar dipihak lainnya. Pada kedua
pihak ini kegiatan administrasi pendidikan difokuskan pada profesionalisme
pengelolaan pendidikan dilihat dari kelembagaan pemerintah sebagai penanggung
jawab pendidikan terhadap masyarakat maupun satuan pendidikan atau pada semua
jenjang dan jenis sebagai institusi yang memberikan jasa pelayanan belajar
kepada masyarakat.[5]
C.
Tujuan Administrasi Pendidikan
Tujuan
administrasi pendidikan adalah meningkatkan efisiensi dan efektivitas
penyelenggaraan kegiatan operasional kependidikan dalam mencapai tujuan pendidikan.
Tujuan pendidikan pada dasarnya bermaksud mengembangkan kepribadian dan
mengembangkan kemampuan peserta didik agar menjadi warga Negara yang memiliki
kualitas sesuai dengan cita-cita bangsa berdasarkan falsafah dan dasar Negara
Pancasila. Tujuan administrasi pendidikan berkaitan erat dengan tujuan
pendidikan secara umum. Sebab administrasi pendidikan merupakan alat untuk
mencapai tujuan pendidikan secara optimal.
Menurut
Sergiovanni dan Carver (1975), ada empat tujuan administrasi, yaitu efektivitas
produksi, efisiensi, kemampuan menyesuaikan diri (adaptiveness) dan kepuasan kerja.[6]
Melalui
ilmu administrasi yang diterapkan dalam kegiatan pendidikan menggambarkan
variable pemerintah sebagai pengambil kebijakan, sekolah sebagai pelaksana
kegiatan belajar mengajar, profesi kependidikan dan guru sebagai pihak yang
bertanggung jawab terhadap mutu layanan belajar adalah menjadi jaminan bahwa
pendidikan dalam suatu Negara telah dilaksanakan dengan baik sesuai keinginan
masyarakat. Mengetahui bahwa guru merupakan komponen yang sangat penting,
sehingga dapat memberikan sumbangan secara maksimal untuk mencapai tujuan
sekolah. Pengambilan kebijakan pada pemerintah, legislatif, kepala sekolah dan
guru tidak dapat terlepas dari kegiatan administrasi pendidikan, mereka harus
mengetahui peranan yan diharapkan dalam penyelanggaraan sekolah. Pemahaman
demikian menjadi tolok ukur dan mampu mamahami, serta terampil dalam
penyelenggaraan pendidikan bagi semua kalangan/ pihak yang terkait.[7]
D.
Sejarah Administrasi Pendidikan
Lebih
dari 100 tahun yang lalu sebagai ilmu telah berkembang dalam tiga fase. Fase
pertama ialah fase organisasi klasik atau “classical
organization thought” (1900-an) yang dimulai oleh Frederik W. Taylor dengan melakukan analisis ilmiah dalam pekerjaan,
disusul dengan focus studinya pada struktur organisasi formal. Studi-studi
manajemen ilmiah memusatkan perhatiannya pada efisiensi kerja, terutama melalui
variable physiologis, dan komponen itu sendiri. Sementara itu, Henry Fayol megemukakan komponen-komponen
manajemen: perencanaan, pengorganisasian, pengomandoan, pengkoordinasian, dan
pengontrolan.
Fase
kedua yaitu, dikenal dengan fase pendekatan hubungan antar manusia atau “human relation approach”, yang
dipelopori Mary Parker Follet (1868-1933),
Elton Mayo dan Roethlisberger (1927-1932), mereka melakukan eksperimen dari sudut
psikologi industri dan psikologi sosial. Kalau manajemen ilmiah mendapatkan
kritik yang tajam karena manusia dianggap sama dengan mesin, maka pendekatan
hubungan antar manusia menganggap sama pada masalah-masalah organisasi dengan
solusi yang sederhana.
Selanjutnya,
ialah fase kontemporer, di mana pendekatan ilm-ilmu perilaku dikombinasikan
dengan pendekatan organisasi formal dan informal secara seimbang. Fase ketiga
ini, merupakan sintesa dua pandangan, yaitu ilmu-ilmu perilaku modern dengan
menggunakan metode analisis ilmu-ilmu sosial. Pendekatan ilmu-ilmu sosial,
sejak 1950-an sampai 1960-an berjalan maju bersamaan dengan penemuan-penemuan
teori dan riset dalam manajemen pendidikan. Namun sejalan dengan kebekuan
sosial dan politik pada tahun 1970-an Amerika khususnya, menyebabkan tekanan
terhadap inspirasi dan pembaruan. Menginjak decade 1980-a muncul
tantangan-tantangan yang nyata, dimana teori ilmu-ilmu perilaku memerlukan
kajian ulang dalam aplikasinya dengan berorientasi pada situasi yang ada.
Pergerakan yang menunjang perkembangan manajemen atau administrasi pendidikan
difasilitasi oleh organisasi-organisasi seperti: National Conference of Administraton (NCA), University Council/ or
Educational Administration yang telah menyusun administrasi pendidikan
menjadi suatu disiplin keilmuan serta menunjukkan arah untuk riset dan
pengembangan selanjutnya (Hoy & Miskel, 1982).[8]
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
A.
Definisi Administrasi Pendidikan
Menurut
etimologis, kata “administrasi” berasal dari bahasa Latin yang terdiri atas
kata ad dan ministrate. Kata ad mempunyai
arti yang sama dengan kata to dalam
bahasa inggris, yang berarti “ke” atau “kepada”. Dan ministrate sama artinya dengan kata to serve yang berarti melayani, membantu atau mengarahkan
B.
Ruang Lingkup Administrasi Pendidikan
Ruang
Lingkup Administrasi Pendidikan meliputi dua bidang kegiata. Pertama, manajemen administratif. Yakni
kegiatan-kegiatan yang bertujuan mengarahkan agar semua orang dalam organisasi/
kelompok kerja sama mengerjakan hal-hal yang tepat sesuai dengan tujuan yang
hendak dicapai. Kedua, manajemen
operatif. Yakni kegiatan-kegiatan yang bertujuan mengarahkan dan membina agar
dalam mengerjakan pekerjaan yang menjadi beban tugas masing-masing, setiap
orang melaksanakannya dengan tepat dan benar
C.
Tujuan Administrasi Pendidikan
Tujuan
administrasi pendidikan adalah meningkatkan efisiensi dan efektivitas
penyelenggaraan kegiatan operasional kependidikan dalam mencapai tujuan
pendidikan. Tujuan pendidikan pada dasarnya bermaksud mengembangkan kepribadian
dan mengembangkan kemampuan peserta didik agar menjadi warga Negara yang
memiliki kualitas sesuai dengan cita-cita bangsa berdasarkan falsafah dan dasar
Negara Pancasila.
D.
Sejarah Administrasi Pendidikan
Lebih
dari 100 tahun yang lalu sebagai ilmu telah berkembang dalam tiga fase yaitu:.
1)
Fase pertama ialah
fase organisasi klasik atau “classical
organization thought” (1900-an) yang dimulai oleh Frederik W. Taylor dengan melakukan analisis ilmiah dalam
pekerjaan, disusul dengan focus studinya pada struktur organisasi formal.
2)
Fase kedua yaitu,
dikenal dengan fase pendekatan hubungan antar manusia atau “human relation approach”, yang
dipelopori Mary Parker Follet (1868-1933),
Elton Mayo dan Roethlisberger (1927-1932).
3)
Fase ketiga merupakan sintesa dua pandangan, yaitu
ilmu-ilmu perilaku modern dengan menggunakan metode analisis ilmu-ilmu sosial.
DAFTAR PUSTAKA
v Mulyono. (2008) Manajemen Administrasi Dan Organisasi
Pendidikan. Jogjakarta: AR-RUZZ MEDIA.
v Suharsaputra, Uhar.
(2013) Administrasi Pendidikan. Bandung:
PT Refika Aditama.
v Sagala, Syaiful. (2009)
Administrasi Penddikan Kontemporer.
Bandung: CV ALFABETA.
[1] Mulyono,
Manajemen Administrasi dan Organisasi
Pendidikan (Jogjakarta: AR-RUZZ
MEDIA, 2008), hlm. 41.